Ungkapan bernada rasial yang disampaikan oknum tertentu kepada mahasiswa Papua di Surabaya pada pertengahan Agustus lalu telah menyebabkan eskalasi konflik hingga akhirnya menimbulkan banyak kerugian, tidak hanya bagi masyarakat, namun juga terhadap NKRI.
Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), Jimly Asshiddiqie pun menyayangkan terjadinya tindakan rasial tersebut. Ia meminta agar semua pihak bergerak cepat untuk meredakan konfik yang sudah terdengar hingga dunia internasional ini.
“Kita harus bergerak cepat meredakan, sambil bergerak cepat juga untuk mencegah dia di goreng oleh pers asing, oleh pemerintah negara-negara sahabat seperti Australia. Sudah media nya sudah mulai provokasi kita harus cepat bertindak bergerak jangan sampai melebar-lebar,” ujar Jimly, saat dihubungi Senin (26/8).
Jimly juga mengajak masyarakat Indonesia untuk semakin sensiitif terhadap isu SARA yang saat ini marak dan masif. Termasuk polarisasi masyarakat pasca Pemilihan Presiden lalu harus segera diselesai sampai dilevel akar rumputnya.
“Sehingga begitu muncul kata-kata kasar disatu kejadian di Surabaya itu tanpa disadari itu berakibat fatal, tidak usah dicurigai ini by disain, tapi ini akumulasi dari kebencian rasial, kebencian SARA yang di goreng selama pemilihan umum plus dibumbui secara tidak kendali oleh medsos yang makin bebes dan terkendali,” jelas Jimly.
Ia juga mewanti-wanti agar kasus ini jangan sekadar dilihat dari segi hukum saja. Melainkan kedepan harus dipertimbangkan kembali soal pembinaan budaya yang selama ini kerap diabaikan.
“Jangan sekadar dengan pertimbangan-pertimbangan benar salah, tapi soal baik buruk, soal pembinaan budaya meredam kebencian pasca pilres harus dilakukan oleh semua pihak,semua tokoh masyarakat harus membantu upaya perdamaian di Pupua. Harus dengan kesadaran sendiri, enggak usah saling maki, saling kecam, karena ini soal serius,” tegas nya.
Jimly pun berpesan jangan ada lagi perpecahan yang mengatasnamakan SARA di Indonesia.
“Jangan lagi dong melecehkan pihak lain dengan berdasar warna kulit, berdasarkan isu sara, bersadarkan isu etnis, bersadarkan ras, berdasarkan kepercayaan agama. Sesama bangsa harus berkomunikasi dengan hati, terutama orang Papua harus didekati dengan hati,” tegas Jimly